Senin, 04 September 2017

Kisah Laksamana Cheng Ho

Kisah Laksamana Cheng Ho, Muslim yang 'Disembah' Nonmuslim

Klenteng Sam Poo Kong di Semarang, Jawa Tengah, berhubungan dengan muhibah atau perjalanan Laksamana Cheng Ho. Menurut inskripsi di Klenteng Sam Poo Kong yang ditulis dalam tiga bahasa, Inggris, China, dan Indonesia, tercatat Cheng Ho telah dua kali datang ke Kota Semarang, yakni pada 1406 dan 1416 M.
 
Asal nama Sam Poo Kong diceritakan berasal dari nama Cheng Ho. Laksamana Cheng Ho merupakan sidasida (pria yang dikebiri dan mengabdikan diri pada istana) yang berasal dari Yunan dan biasa disebut San Pau. Sementara, orang-orang dari daerah Fukien menyebutnya dengan nama Sam Po. Diketahui, orang-orang China perantauan di Simongan berasal dari Fukien.

“Cheng Ho disebut Sam Po Tay Djien atau Sam Po Tao Lang yang berarti Tuan Besar Sam Po,” ujar Djawahir Muhammad, Budayawan Semarang.

Dalam buku Laksamana Cheng Ho dan Klenteng Sam Po Kong; diceritakan tentang asal usul Cheng Ho. Ia dilahirkan di Desa He Dai, Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunan, pada tahun Hong Wu ke-4 (1371 M). Keluarganya bermarga Ma, dari suku Hui yang mayoritas beragama Islam.

Saat itu ekspedisi Cheng Ho mengerahkan armada raksasa. Pada muhibah pertama, tercatat sebanyak 62 kapal besar dan belasan kapal kecil dengan 27.800 ribu awak dikerahkan. Kapal yang ditumpangi Cheng Ho sendiri yang disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya 44,4 zhang (138 meter) dan lebar 18 zhang (56 m). 

Armada Tiongkok di bawah komando Cheng Ho itu pun berangkat pada tahun 1405. Armada itu singgah di Pelabuhan Bintang Mas (kini Tanjung Priok) dan di Muara Jati (Cirebon). Saat menyusuri Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada itu) sakit keras. Mereka mendarat di Pantai Simongan, Semarang, dan tinggal sementara di sana.

Wang, yang kini dikenal sebagai Kiai Jurumudi Dampo Awang, akhirnya menetap dan menjadi cikal bakal warga Tionghoa di sana. Wang juga mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong), dan membangun kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu.

Walau Laksamana Cheng Ho beragama Islam, warga China non–Muslim tetap memujanya. Sosok Cheng Ho sangat dihormati tak hanya oleh warga Tionghoa, namun juga warga setempat.  

Setiap malam Jumat Kliwon, mereka berkunjung ke Sam Poo Kong. Dengan membawa bunga, mereka mendatangi patung Cheng Ho layaknya mendatangi makam wali atau sunan. Hal tersebut tak beda jauh dengan apa yang dilakukan warga Tionghoa yang menyembah Cheng Ho layaknya dewa. Meski telah diketahui secara jelas bahwa Cheng Ho beragama Islam, namun tak menyurutkan masyarakat Tionghoa untuk menyembah dan memujanya. 

Penyembahan tersebut berawal dari salah kaprah menyikapi patung yang dibuat orang-orang pendahulu. Berawal satu dua orang yang menyebut keinginannya di depan patung Cheng Ho, namun ternyata terkabul.

Kabar pun berkembang. Warga Tionghoa mulai percaya patung Cheng Ho dapat menjadi perantara doa mereka kepada Tuhan. Mereka pun mulai menyembahnya.


“Sebenarnya pembuatan patung Cheng Ho oleh pemukim China bersama Juru Mudi Cheng Ho yang beragama Islam tidaklah ditujukan untuk menyembah laksamana besar itu. Patung Cheng Ho dibuat sebagai penghormatan,” tambahnya.
 Sumber: www.viva.co.id



Biografi Laksamana Cheng Ho
Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yag menjadi orang kepercayaan Kaisar Yuongle dari Tiongkok (Berkuasa tahun 1403 – 1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, dikenal juga sebagai Ma Sanbao, yang berasal dari provinsi Yunnan, China. Cheng Ho ditangkap dan dijadikan kasim. Ia adalah orang yang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip suku Han, namun beragama Islam.

1371 M – Mahe lahir dari pasanga Ma Hazhi dan Wen.
1382 M – Cheng Ho Cheng Ho dijadikan kasim oleh Raja Zu di istana Beiping (kini Beijing)
1399 M – Berumur 28 Tahun, Zhu Yunwen naik tahta mejadi Jian Wen Dinasti Ming. Zhu Di, Raja Yan memimpin tentaranya menyerang Nanjing, Ibu Kota Dinasti Ming dan Cheng Ho ikut bertempur. Namun Kaisar Jian Wen gagal menumpas Zhu Di.
1405 M – Pertama kali Cheng Ho dan awak kapalnya mengarungi samudera untuk mengadakan muhibah ke berbagai penjuru negeri. Pelayaran pertama ini mampu mencapai wilayah Asia Tenggara (Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa)
1407 – 1409 M – Ekspedisi ke dua. Mencapai Champa Jawa, Sumatra.
1409 – 1411 M – Ekspedisi ke tiga yang menjangkau India dan Srilanka.
1413 – 1415 M – Ekspedisi ke empat mencapai Ade, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur).
1417 – 1419 – Ekspedisi ke lima denga Jalur yang sama pada Ekspedisi ke empat.
1417 – 1422 – Ekspedisi ke enam.
1421 – 1422 Merupakan Ekspedisi Terakhir
1431 – 1433 berhasil mencapai Laut Merah.
Kapal yang ditumpangi Cheng Ho disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Model kapal itu menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta pelayaran modern di masa kini. Desainnya bagus, tahan terhadap serangan badai, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong canggih seperti kompas magnetik.
 Peta Perjalanan Cheng Ho dan Armadanya




Model Kapal Laksamana Cheng Ho






Cheng Ho dan Indonesia
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh. Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.

Sumber :  wikipedia, ht*p://www.fishyforum 

Share this

0 Comment to "Kisah Laksamana Cheng Ho"

Posting Komentar