Jumat, 24 Agustus 2018

KHUSUS JOMBLO.. !

KHUSUS JOMBLO.. !
KETIKA JODOH TAK KUNJUNG TIBA...


Tidak ada seorang pun dari kita yang bisa menebak siapa yang akan menjadi jodoh kita. Manusia hanya bisa berusaha, selebihnya Allah yang menentukan. Banyak kasus yang kita dengar bertalian dengan jodoh. Ada anak manusia yang sudah dijodohkan, ternyata tidak jadi menikah dengan calonnya tersebut... Lebih tragis lagi, ada yang sudah menentukan tanggal pernikahan, bahkan calon suami sudah tiba di rumah calon istri satu hari sebelumnya, ternyata pernikahan gagal !! Itulah rahasia Ilahi yang tidak bisa ditebak....

Dan bukti kebenaran sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam


"Allah telah menulis takdir para makhluk pada lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi." (HR Muslim: 2653)

Akhi Wa Ukhti Fillah...
Janganlah bersedih dengan jodoh yang belum kunjung datang... Kita harus yakin bahwa segala yang terjadi dalam kehidupan ini sudah diatur oleh Allah Azza Wa Jalla, Semua pasti ada hikmahnya. Waktu dan hari akan terus bergulir dan bergilir :

"..Dan hari-hari itu, Kami pergilirkan di antara manusia. (QS Ali Imran:140)
Hari ini barangkali kita belum punya suami/isteri. Namun, suatu hari nanti boleh jadi pendamping hidup kita akan datang..

YAKINLAH...
bahwa tidak ada sesuatu yang ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla, melainkan BAIK bagi para hamba sekalipun menurut pandangan manusia buruk. Allah berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS al-Baqarah : 216)

Berikut ini beberapa butir nasihat untuk akhawat dan kiat agar jodoh yang dinantikan (Insya Allah) tiba di pangkuan.. :

1. Jangan Bermuluk-Muluk, Yang Penting Agamanya..!
Sebagian orang menentukan kriteria bahwa jodohnya harus begini dan begitu. Gengsi, kata mereka, jika harus menikah dengan 'ikhwan pengajian' yang rajin menyimak majelis ta'lim, yang papa, belum punya pekerjaan tetap, belum punya rumah, dan rezekinya pas-pasan. Maka kami nasihatkan,: BUANG JAUH-JAUH PRINSIP MATERIALISME..!! Pilihlah suami (atau istri) yang shalih dan bagus agamanya. Pasangan yang shalih akan memuliakan istri (atau suami) yang dicintainya dan tidak akan menghina istri (atau suami) yang dibenci (kurang disukai)nya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

"Apabila seorang yang engkau ridhai agama dan akhlaknya datang kepadamu (untuk melamar perempuan yang ada di bawah perwalianmu, admin.) maka nikahkanlah dia. Kalau engkau tidak melakukannya, akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi." (HR at-Tirmidzi: 1085, Ibnu Majah: 1967, dan al-Hakim 2/164)

2. Tidak Memberatkan Dengan Mahar Yang Mahal..!

Sebab, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

"Termasuk kebaikan dan keberkahan wanita, mudah dalam urusannya dan ringan dalam maharnya." (HR al-Hakim 2/181, Ibnu Hibban: 1256, al-Bazzar: 2/158, dan al-Baihaqi 7/235)

3. Minta Bantuan Orang Tua, Kerabat Dan Teman...
Bukanlah aib bagi seseorang untuk meminta bantuan orang tua, kerabat, atau teman agar mencarikan jodoh yang cocok dengan kita. Seorang laki-laki shalih berkata kepada Nabi Musa


"Berkatalah dia, "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anak gadisku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun."
(QS al-Qashash : 27)

Al-Imam al-Qurthubi berkata, "Ayat ini merupakan DALIL bahwa seorang wali boleh menawarkan putrinya kepada seorang laki-laki. Ini adalah sunnah yang tetap." (Tafsir al-Qurthubi 13/179)1

4. Menawarkan Diri Kepada Orang yang Shalih dan Baik..
Boleh saja seorang wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang dia nilai shalih dan baik. Anas ibn Malik berkata:

"Seorang wanita datang menemui Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menawarkan dirinya. Wanita itu berkata,'Wahai Rasulullah, apakah Anda ingin menikah dengan saya?" Putrinya Anas berkata, 'Sungguh tidak punya malu, tidak punya malu!' Anas berkata, 'Dia lebih baik darimu, ingin menikah dengan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam lantas menawarkan dirinya langsung kepada Nabi Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.'" (HR al-Bukhari: 5120)

Al-Imam an-Nawawi berkata, "DIANJURKAN agar seorang wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang shalih supaya menikahinya." (Syarh Shahih Muslim 9/320)

Jika ada yang menganggap perkara ini termasuk aib dan (menunjukkan bahwa pelakunya) TIDAK PUNYA MALU, maka kita katakan : Bahwa tujuan nikah bukanlah sekadar guna melampiaskan nafsu biologis, melainkan lebih dari itu, yaitu Nikah merupakan sebuah hajat masyarakat yang dibutuhkan oleh setiap insan yang hidup bersama. Laki-laki membutuhkan wanita. Demikian pula, wanita membutuhkan laki-laki. Tidak mungkin setiap orang untuk merasa cukup hidup sendiri....

5. Tawakkal Sambil Terus Berusaha...
Jika usaha Anda sudah maksimal maka serahkanlah urusan jodoh ini kepada Allah. Orang yang bertawakkal dan bertaqwa akan diberi jalan kemudahan. Allah Azza Wa Jalla berfirman:

"Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disang-ka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS ath-Thalaq : 2-3)

6. Berdo'a...
Jangan putus asa dalam berdo'a. Jangan berpra-sangka buruk kepada-Nya. Berbaik sangkalah kepada Allah. Insya Allah, PERKARA YANG SULIT AKAN MENJADI MUDAH. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda (dalam hadits qudsi):

(Allah Azza Wa Jalla berfirman,)
"Aku menuruti sangkaan baik para hamba terhadap-Ku. Hendaklah ia berpraduga terhadap-Ku sekehendaknya; jika baik (sangkaannya) maka akan baik jadinya, dan jika buruk (sangkaannya) maka akan buruk jadinya." (HR ath-Thabarani dalam al-Ausath: 8115, Ibnu Hibban: 639, Abu Nu'aim 9/306. Lihat ash-Shahihah: 1663)

Wallahu A'lam 
Barakallahu Fiikum
Semoga Bermanfaat


Kamis, 12 April 2018

Betapa indahanya ketika seseorang yang jatuh kedalam taman cinta, taman yang penuh segala keindahan

Betapa indahanya ketika seseorang yang jatuh kedalam taman cinta, taman yang penuh segala keindahan

Jibril alaihissalam pernah berpesan ke pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, ia menggatakan  “Ya Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,  kau cintai siapa saja yang kau kehendaki, namun  pasti kau akan berpisah dengan orang itu”  

Namun ada sebuah  cinta yang talapuk dek hujan dan tak lekang dek panas yang  tidak  akan pernah berubah, cinta yang bisah bertambah dan terus bertambah, hingga menjadi kekasih Allah subhanahu watala, yaitu : 
  1. cinta kepada Allah.   2. cinta karena Allah.     3. cinta untuk Allah.

Apa bila cinta hamba  kepada rabbnya dan untuk rabbnya, maka itu akan menemani dia sampai kedalam kuburan nanti, tidak akan berpisah sama cintanya.
Oleh karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak memaksa kita beriman, gak ada yang memaksa Ikhwan dan Akhwat untuk ke Masjid tidak pernah, tidak ada memaksa  Ikhwat dan Akhwat jadi orang islam, gak ada.

Makah Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak suka dengan hal itu, bahkan Allah mengatakan tidak ada paksaan dalam beragama, dalam memeluk sebuah agama, gak ada,

    Oleh karena itu,  Islam adalah agama yang paling toleransi, dimasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, beliau bertetanggaan dengan orang-orang yahudi,  orang-orang musyrikin,  ketika Islam sampai ke negeri-negeri  yang di taklukan  oleh Islam,  dibiarkan orang-orang  dalam memeluk agama mereka.

sampai kepalistina Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu,  menerima kunci-kunci masjidil aqsa, semogga  Allah subhanahu wa ta'ala  membebas kan masjidil aqsa dari tanggan-tanggan orang yahudi, Amin.  tidak ada satupun gereja yang di ancurkan,  tidak ada satu pun tempat ibadah orang yahudi yang di ancurkan.

    gak ada pemaksaan dalam beragama, kau mau beriman silahkan, bahkan Allah subhanahu wa ta'ala mengatakan   ”yang mau berkhendak beriman silahkan dan yang mau kafir silahkan”   karena memang Allah tidak ingin hubungan dia dengan hambanya dibangun diatas keterpaksaan, gak enak  orang dipaksa, kalau dipaksa berarti dia tidak suka dia benci,  tetapi Allah ingin membangun hubungan dia dengan hambanya dibangun diatas pilar-pilar cinta dan kasih sayang.

Allah maha pengasih, Allah maha pecinta, Allah mencintai hamba-hambanya, bahkan nama-nama Allah diantara ny  “Al-wadud yang artinya yang mencintai hamba-hambanya dan dincintai oleh hamba-hambanya “  

Didalam  Surat Hud,  Ayat ke 90, Allah befirman:
 “ Dan mohonlah ampun kepada Tuhan mu kemudian bertaubatlah Kepada-Nya.SesungguhnyaTuhan ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.” Allah itu meliputi segala sesuatu ,  Kasih Sayang Ku meliputi segala suatu.

Bahkan taatkala Allah Subhanahu Wa Ta'ala  menyelesaikan penciptaan langit dan buminya,  Allah  menulis sebuah kitab, sebuah tulisan, tulisan itu sampai hari ini ada terletak di Arsy-Nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tulisan itu berbunyi :

“Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,  beliau bersabda, “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari no. 7404 dan Muslim no. 2751)

Allah Rahiim, Wadud, Allah itu mencintai hamba-hambanya dan di cintai hamba-hambanya.
 Dia yang memulai dan Dia akan mengembalikan.

                               Sumber :  kajian  Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.

Ana bukan orang yang baik, tentu tak pantaslah menulis segala kebaikan...
Ana bukan orang tanpa cela, yang menganggap diri layak mengajak orang lain berbuat baik...
Menasehati, bukan berarti lebih mulia.
Dinasehati, bukan berarti lebih hina.
Saling menasehati bukankah wujud cinta? Juga wujud keindahan ukhuwah?
Jika menunggu yang sempurna untuk menasehati, maka lalu kapan keindahan kebaikan Islam akan bisa terluaskan.



Minggu, 08 April 2018

Penyakit Berbahaya pada Orang yang Menyanjung dan Bagi Orang yang Disanjung

Penyakit Berbahaya pada Orang yang Menyanjung dan Bagi Orang yang Disanjung

Sanjungan dapat tersusupi oleh enam penyakit; empat diantaranya terdapat pada orang yang menyanjung sedangkan dua diantaranya para orang yang disanjung.
Penyakit yang terdapat pada orang yang menyanjung ialah:

Pertama, ia berlebih-lebihan sehingga sampai pada kebohongan.
Kedua, ia dapat tersusupi oleh riya’, karena dengan menyanjung ia menampakkan kecintaan. Dan bisa jadi ia tidak menyembunyikan kecintaan itu dan tidak meyakini semua yang diucapkannya sehingga dengan demikian ia menjadi orang yang pamrih dan munafiq.
Ketiga, kadang-kadang ia mengatakan hal yang tidak sebenarnya dan hal yang tidak dapat dilihat. Diriwayatkan bahwa seseorang menyanjung orang lain di hadapan Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi
lalu Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi bersabda kepadanya:

“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu; seandainya dia mendengarnya niscaya dia tidak akan beruntung.”

Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika salah seorang diantara kalian harus menyanjung saudaranya maka hendaklah dia mengatakan, “Aku menghargai si Fulan tetapi aku tidak menyatakan kesucian seseorang di hadapan Allah. Allah-lah yang akan memuliakannya jika memang demikian halnya.” 
(HR. Bukhari dan Muslim).

Penyakit ini terjadi pada sanjungan dengan sifat-sifat yang mutlak yang seharusnya diketahui dengan berbagai dalil, seperti perkataannya, ‘Sesungguhnya dia orang yang bertaqwa, wara’, zuhud, sangat baik dan yang semakna dengan itu. Tetapi jika dia berkata, ‘Aku melihatnya shalat malam, bershadaqah, dan menunaikan ibadah haji’ maka hal ini adalah perkara yang dapat dipastikan. Termasuk dalam kategori ini adalah perkataan, ‘Sesungguhnya dia orang yang adil’, karena hal ini masih belum jelas sehingga tidak seharusnya dipastikan kecuali setelah pengujian batinnya. Umar r.a pernah mendengar seorang lelaki yang menyanjung orang lain, lalu Umar r.a bertanya, “Apakah kamu pernah bepergian bersamanya?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Umar r.a bertanya, “Apakah kamu pernah berinteraksi dengannya dalam jual beli dan mu’amalah?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Umar r.a bertanya, “Apakah kamu tetangganya siang dan malam?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Umar r.a berkata, “Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia, aku tidak menganggapmu telah mengenalnya.”
Keempat, bisa jadi ia membuat senang orang yang disanjung padahal dia orang yang zhalim atau fasiq; sedangkan hal ini tidak dibolehkan.
Al Hasan berkata, “Siapa yang mendoakan panjang umur kepada orang yang zhalim maka sesungguhnya dia telah menyukai Allah didurhakai di atas bumi-Nya. Padahal orang zhalim yang fasiq itu seharusnya dicela agar dia bersedih, bukan disanjung sampai merasa senang.”
Adapun bagi orang yang disanjung, sanjungan membahayakannya dari dua sisi, yaitu:
Pertama, ia mengakibatkan kesombongan dan ‘ujub.

Kedua, jika disanjung dengan kebaikan maka ia menyenangi sanjungan dan merasa puas kepada dirinya. Siapa yang merasa ‘ujub kepada dirinya pasti berkurang semangatnya, karena orang akan bersemangat beramal jika merasa kurang. Jika lidah-lidah sudah meluncurkan sanjungan pada dirinya maka dia mengira telah mencapai kesempurnaan. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi  bersabda: “Kamu telah memenggal leher temanmu, sekiranya mendengarnya niscaya dia tidak akan beruntung.”
Umar r.a berkata, “Sanjungan adalah penyembelihan.” Ini karena orang yang disanjung merasa malas beramal sedangkan sanjungan mengakibatkan kemalasan. Atau karena sanjungan itu mengakibatkan rasa ‘ujub dan sombong dimana kedua hal ini mengakibatkan kehancuran seperti halnya penyembelihan. Oleh sebab itu, Umar merupakannya dengan penyembelihan.
Jika sanjungan terselamat dari penyakit-penyakit ini pada diri orang yang menyanjung dan orang yang disanjung maka sanjungan itu tidak terlarang bahkan bisa jadi dianjurkan. Oleh sebab itu Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi menyanjung para shahabat. Sabdanya:
“Sekiranya iman Abu Bakar ditimbang dengan iman (penduduk) dunia niscaya (iman Abu Bakar) lebih berat.” (HR. Al Baihaqi).

Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda tentang Uma r.a:
“Sekiranya sesudahku ada Nabi lagi niscaya Umar bin Khaththab-lah orangnya.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan ia meng-hasan-kannya).
Sanjungan apakah yang lebih dari ini? Tetapi Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi berkata benar dan penuh bashirah. Para shahabat adalah orang-orang yang berderajat tinggi sehingga sanjungan itu tidak membuat mereka sombong, ‘ujub dan futur (loyo),
Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam, tanpa bangga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).

Yakni aku tidak mengucapkan hal ini karena kebanggaan sebagaimana tujuan orang-orang dalam memuji diri mereka sendiri. Seperti halnya orang yang diterima di sisi raja dengan penerimaan yang agung hanya membanggakan dengan penerimaan itu kepada dirinya dan dengan penerimaan itu pula dia merasa senang, bukan karena kelebihannya atas sebagian rakyatnya.
(Sumber: Kitab Mensucikan Jiwa, Karya: Sa’id Hawwa, Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamihid, Lc., Penerbit: Robbani Press)

Selasa, 09 Januari 2018

menuju kampung akhirat




(surga)Shirath (Neraka)

Telaga 
                                     
Mizan 

Penyerahan Catatan Amal

Hisab

Syafa’at

Padang Mahsyar

Hari Kebangkitan

Kehancuran Alam Semesta

Alam Kubur

                                    Alam Dunia (kita masih disini)

Alam Kandungan

Alam Roh



Daud Ath Tho’i mengatakan,  

“Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. 
Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu datangnya tiba-tiba“.
 (Kam Madho Min ‘Umrika?, Syaikh Abdurrahman As Suhaim)



Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil)
Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi). QS Al-Ma'arij: 6-7

RENUNGKANLAH UMURMU
Berapa umur yang telah berlalu darimu ?
Apakah umurmu yang telah lewat engkau
 gunakan untuk hal yang bermanfaat ?
  Atau kah untuk hal sia-sia?

1 hari akhirat = 1000 Tahun di dunia




Sumber: pemuda dan pengurus masjid baitulrrahman