Sabtu, 23 Desember 2017

KISAH “ASHABUL UKHDUD” DALAM AL QUR’AN

KISAH “ASHABUL UKHDUD” DALAM AL QUR’AN






Peristiwa Ashhabul Ukhdud adalah sebuah tragedi berdarah, pembantaian yang dilakukan oleh seorang raja kejam kepada jiwa-jiwa kaum muslimin, ini merupakan kebiadaban dan tindakan tak berprikemanusiaan; namun akidah tetaplah harus dipertahankan, karena dengannyalah kebahagiaan yang abadi akan diperoleh. Allah mengisahkan kejadian tragis ini dalam Alquran dengan firman-Nya:

” 4. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit,   5 . yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, 6.  ketika mereka duduk di sekitarnya,  7. sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.” 

(QS. Al-Buruj: 4-7)


Para ahlul ilmi sedikit berselisih dalam menafsirkan siapakah Ashhabul Ukhdud. Sebagian di antara mereka (ahlul ilmi) mengatakan bahwa mereka (Ashhabul Ukhdud) adalah suatu kaum yang termasuk orang-orang ahli kitab dari sisa-sisa orang Majusi.
Ibnu Abbas dalam suatu riwayat mengatakan: “Mereka adalah sekelompok manusia dari bani Isra’il. Mereka menggali parit yang luas di suatu tempat kemudian menyalakan api, orang-orang berdiri dihadapkan kepada parit, baik laki-laki maupun wanita, kemudian mereka dilemparkan ke dalamnya. Mereka menganggap bahwa dia adalah Daniel dan para sahabatnya.”
Dan dalam riwayat: “Hal itu adalah sebuah lubang parit di negeri Najran, di mana mereka menyiksa manusia di dalamnya.”
Sedangkan dalam riwayat Adl-Dlohak, beliau mengatakan: “Para ahli tafsir menyangka bahhwa Ashhabul Ukhdud adalah orang-orang dari bani Israil, di mana mereka meringkus manusia baik laki-laki maupun wanita, lalu dibuatkanlah parit dan dinyalakan api dalam parit tersebut, lalu dihadapkanlah seluruh kaum mu’minin ke arah parit tersebut, seraya dikatakan: ‘Kalian (memilih) kufur atau dilemparkan ke dalam api?” (Tafsir Ath-Thabari, 30/162)
Kisah tragis ini pun kerap disampaikan oleh para pengajar kepada para muridnya. Bahkan pada kisah anak-anak pun sering disajikan. Kisah tersebut ialah sebagai berikut:
Dahulu ada seorang raja, dari orang-orang sebelum kalian. Dia memiliki seorang tukang sihir. Tatkala tukang sihir itu sudah tua, berkatalah ia kepada rajanya: “Sesungguhnya aku telah tua. Utuslah kepadaku seorang anak yang akan aku ajari sihir.” Maka sang raja pun mengutus seorang anak untuk diajari sihir. Setiap kali anak tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah perjalanan ia selalu melewati seorang tabib, ia pun duduk mendengarkan pembicaraan rahib tersebut, sehingga ia kagum kepadanya. Maka setiap kali ia datang ke tukang sihir, ia selalu duduk dan mendengarkan petuah rahib itu, kemudian baru ia datang ke tukang sihir sehingga tukang sihir itu memukulnya (karena ia datang terlambat, red.). ia mengadukan hal itu kepada rahib tadi, sang rahib pun berpesan: “Kalau engkau takut kepada tukang sihir, katakanlah bahwa keluargamu telah menghalangimu (sehingga engkau terlambat), dan bila engkau takut kepada keluargamu, katakan juga bahwa tukang sihir itu telah mencegahmu. Maka tatkala berlangsung demikain, tiba-tiba ada seekor binatang buas mengonggok di tengah jalan sehingga menghalangi lalu-lalangnya manusia. Menghadapi peristiwa ini maka ia pun bergumam: “Pada hari ini akan aku buktikan apakah tukang sihir itu lebih utama dari pada rahib, ataukah sebaliknya.”
Ia pun mengambil sebuah batu kemudian mengatakan: “Ya Allah, apabila perkara rahib lebih engkau sukai daripada tukang sihir, maka bunuhlah binatang buas itu.” Kemudian ia lemparkan batu tersebut, sehingga matilah binatang buas tadi dan manusia pun bisa lewat kembali. Sesudah itu datang lah ia kepada rahib dan mengabarkan kejadian yang baru saja ia alami, kemudian sang rahib mengatakan:
“Wahai anakku, hari ini engkau lebih baik daripada aku, dan engkau telah sampai pada perkara yang aku sangka. (ketahuilah) sesungguhnya engkau akan diuji, dan bila engkau diuji, janganlah engkau tunjukkan tentang diriku.”
Dan kini ia dapat menyembuhkan penyakit buta, penyakit kusta, serta dapat mengobati manusia dari berbagai macam penyakit.
Hal ini terdengar oleh seorang teman duduk raja, sedangkan dia adalah seorang yang buta, kemudian ia membawa harta yang banyak seraya mengatakan: “Aku akan berikan harta ini kepadamu bila engkau bersedia menyembuhkan penyakitku.” Maka sang anak menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah bisa menyembuhkan siapapu, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah. Kalau engkau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada-Nya untuk kesembuhanmu.” Maka ia pun beriman kepada Allah dan Allah pun menyembuhkan penyakitnya. Kemudian datanglah dia menemui sang raja dan duduk sebagaimana biasanya, sang raja pun heran seraya mengatakan: “Siapakah yang telah mengembalikan pandanganmu?” maka ia menjawab: “Rabb-ku.”  Sang raja melanjutkan: “Apakah engkau memiliki tuhan selain aku?!!” Jawabnya, “Ya, Dia adalah Rabb-ku dan Rabb-mu juga.” Maka sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia menunjukkan kepada anak tersebut. Didatangkanlah si anak itu, kemudian sang raja berujar: “Wahai anakku, sekarang engkau telah memiliki kepandaian sihir, sehingga bisa menyembuhkan orang yang buta dan juga bisa menyembuhkan penyakit kusta dan lain sebagainya.” Sang anak balik menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, dan hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan.”
Akhirnya sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia menunjukkan kepada rahib. Maka didatangkanlah si rahib, kemudian dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun enggan. Maka sang raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya, dan dibelahlah tubuhnya sampai terbelah menjadi dua bagian. Kemudian didatangkan pula teman duduk sang raja tersebut, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Demikian pula, ia pun enggan, kemudian ditaruh gergaji itu di atas kepalanya, lantas dibelahlah tubuhnya hingga terbelah.
Selanjutnya didatangkanlah sang anak, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun menolak. Kemudian ia dilemparkan kepada sekelompok prajurit raja, dan dikatakan: “Pergilah kalian ke gunung ini dan gunung ini, mendakilah sampai di puncak gunung, apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkan dia, dan kalau tidak, maka lemparkan ia ke dasar jurang.”
Maka mereka pun pergi, kemudian naik, dan tatkala berada di atas gunung sang anak berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.” Tiba-tiba bergetarlah gunung tersebut dan semua prajurit raja jatuh berguguran ke bawah jurang, kemudian kembalilah sang anak menemui sang raja. Ia heran dan mengatakan: ‘Apa yang terjadi pada para sahabatmu?” Sang anak menjawab: “Sesungguhnya Alalh telah menjagaku dari makar mereka.” Maka kembali sang raja melemparkannya ke sekelompok prajuritnya yang lain, kalai ini perintah sang raja: “Pergilah kalian dan bawalah anak ini ke sebuah perahu, apabila kalain telah ke tengah laut, maka apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkanlah ia, kalau ia tetap enggan, lemparkanlah ia ke tengah lautan!”
Maka mereka pun pergi, setelah sampai di tengah laut, sang anak pun berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.” Maka perahu itu pun terbalik, namun Allah tetap menyelematkannya dan tenggelamlah seluruh prajurit raja. Kembalilah sang anak datang menemui sang raja, ia pun terkejut seraya mengatakan: “Apa yang terjadi pada para sahabatmu?” Sang anak menjawab, “Allah telah menjagaku dari makar mereka.” Kemudian ia berkata kepada sang raja, “Sesungguhnya engkau tidak akan pernah bisa membunuhku, kecuali bila engkau mau menuruti permintaanku.” Sang raja menjawab, “Apakah itu? Sang anak melanjutkan, “Kumpulkanlah seluruh manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di sebuah pohon kurma, kemudian ambillah satu anak panah dari tempat anak panahku, letakkan anak panah itu di busurnya, kemudian katakanlah “Bismilah Rabbil ghulam (dengan nama Allah Rabb-nya anak ini).’ Kemudian lepaskanlah anak panah tersebut. Dengan begitu engkau bisa membunuhku.”
Maka sang raja pun mengumpulkan manusia pada suatu padang yang luas. Dia menyalib anak tersebut pada sebuah batang kurma, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat anak panahnya dan diletakkan di sebuah busur, kemudian mengatakan: “Bismillah Rabbin ghulam (Dengan menyebut nama Allah, Rabb anak ini).” Kemudian panah itu dilepaskan, maka anak panah itu melesat tepat mengenai pelipis sang anak, setelah itu Ia meletakkan tangannya di pelipisnya kemudian meninggal.

Maka manusia seluruhnya mengucapkan, “Aamanna bi Rabbil ghulam (Kami beriman kepada Allah Rabb-nya anak tersebut).” Maka dikatakan kepada sang raja: “(Wahai sang raja!) Tahukah engkau, perkara yang selama ini kau khawatirkan telah terjadi. Sungguh manusia seluruhnya telah beriman.” Maka sang raja memerintahkan untuk membuat sebuah parit di dekat pintu-pintu jalan dan membuat lubang panjang. Lalu dinyalakanlah api kemudian ia berorasi: “Barangsiapa yang tidak mau kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam parit tersebut.” Atau sehingga dikatakan, “Lemparkanlah!!” maka mereka pun melemparkan seluruhnya. Sampai datang seorang wanita bersama bayinya, ia seorang wanita bersama bayinya, ia berputus asa, berdiri lemas tanpa daya menghadap jurang parit yang tengah berkobar api, tiba-tiba sang bayi berucap, “Wahai ibuku.. bersabarlah, sesungguhnya engkau dalam kebenaran…!”

(Hadits shahih riwayat Imam Muslim dalam kitab Az-Zuhd bab “Qishashotu Ash-habil Ukhdud was Sahir war Rahib wal Ghulam: 3005)
Mutiara faidah dari kisah pemuda dan tukang sihir (Ashhabul Ukhdud)

1.      Ahlul fasad (para pengusung kesesatan) selalu berusaha untuk menularkan dan mewariskan kesesatan mereka, dengan berupaya sekuat tenaga untuk melanggengkan kesesatannya tersebut.
2.      Disenanginya belajar di kala kecil, karena belajar di kala kecil seperti mengukir di atas batu, dan seorang anak akan mampu menerima didikan dan pengajaran sesuai dengan yang diharapkan.
3.      Hati-hati para hamba adalah berada di Tangan Allah, maka Allah akan memberi petunjuk atau menyesatkan siapapun yang dikehendaki-Nya. Lihatlah si anak tersebut, ia mendapatkan petunjuk sekalipun berada dalam didikan tukan sihir dan dalam asuhan seorang raja sesat.
4.      Menetapkan adanya karomah para wali, mereka adalah orang-orang yang berimand an bertakwa kepada Allah, seperti dalam firman-Nya: “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS. Yunus: 62-63)
5.      Bolehnya bagi seseorang untuk mengorbankan dirinya apabila di sana ada kemaslahatan manusia secara umum. Berkata Syaikhul Islam, “Karena hal itu termasuk jihad di jalan Allah, dengan itu umat akan beriman dan ia pun tidak akan sia-sia, karena cepat atau lambat ia pun pasti akan meninggal dunia” Adapun yang dilakukan oleh sebagian manusia dengan praktek bom bunuh diri, yaitu dengan membawa alat peledak (bom) kemudian meledakkannya di sekelompok orang-orang kafir, maka ini termasuk kategori membunuh diri sendiri, dan barangsiapa yang membunuh diri sendiri maka ia kekal di dalam neraka selama-lamanya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits: “Barangsiapa membunuh dirinya dengan sebatang besi, maka besi itu berada di tangannya, lantas ia akan menusuk perutnya dengannya di neraka jahannam, dia kekal selama-lamanya di dalamnya.” (HR. Bukhari 5778, Muslim: 109). Karena perilakus emacam itu tidak membawa maslhat bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Dengan itu, ia mungkin hanya membunuh 10, 100, atau 200 kaum kuffar, yang hal tersebut tidak membawa manfaat bagi Islam dan tidak pula menjadikan manusia masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah ghulam (anak) tersebut. (Lihat Bahjatun Nadhirin karya Syaikh Salim bin Id Al-Hilali 1/86-88, Syarh Riyadlush Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin: 156-166).

Wallahul Muwaffiq.

 

 


ketika illuminati menguasai dunia

     ketika illuminati menguasai dunia





Dan ada begitu banyak teori tentang ini.. kita dibombardir tentang ini..
Kita melihat orang-orang membicarakan freemason Order, illuminati, bankir internasional, zionis kesadaran akan alien, bahkan ada grup-grup sanatis, agama-agama dunia baru. Semua ini berdatangan, dan apa yang kalian lihat dalam kebanyakan kasus adalah grup-grup ini menyembah sesuatu kekuatan. Jika kau melihat tingkat tertinggi dari grup ini, kau akan melihat mereka melakukan suatu bentuk penyembahan bukan kepada tuhan. Bukan kepada tuhan musa, isa, atau muhammad saw, melainkan pada kekuatan lain. Mereka mencari dan mengambil kekuatan dari kekuatan itu. Dan tidak seorangpun yang tahu kekuatan apa itu. Tapi umat muslim punya prinsipnya.

Dan Allah telah memberitahu kita didalam Quran
Surat : Bani israil / ayat : 81



Daripada Tsauban r.a. Beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda “Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni bekas hidangan mereka” Maka salah seorang sahabat bertanya “Apakah kerana kami sedikit pada hari itu?” Nabi SAW menjawab “Bahkan kamu pada hari itu terlalu ramai, tetapi kamu umpama buih pada masa banjir, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu daripada hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahan’. Seorang sahabat bertanya “Apakah ‘wahan’ itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Daud)



Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Qudamah Al Jumahi dari Ishaq bin Abu Furat dari Al Maqburi dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidlah itu?” beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (Sunan Ibnu Majah)




Dan sekarang kita menyaksikan dengan berkembangnya teknologi baru, bahwa manusia punya kemampuan untuk mengirim informasi ke berbagai tempat secara bersamaan. Kita bisa menyaksikan kejadian disini di australia yang dapat terjadi dibagian dunia lain, di Eropa. Tapi pada saat yang sama, kita dapat dibingungkan juga. Seluruh dunia dapat dibohongi secara bersamaan. Dan mereka punya kemampuan untuk memutar-balikkan, untuk merancang, untuk menyatukan gambar-gambar dan suara, dan untuk mengembangkan cerita yang meskipun ceritanya tidak benar, tampak seakan benar. Dan kamu tahu ini tak benar, tapi kamu menontonnya seakan ini benar, dan ini mempengaruhi cara berpikirmu. Jadi seperti yang disabdakan Rasulullah saw “mereka akan datang kepadamu dengan suatu pembicaraan yang tidak pernah didengar olehmu dan orangtuamu.” Kamu tidak pernah mendengar ini sebelumnya.

Kita mulai melihat klimaks dari perubahan besar dalam masyarakat. Klimaks dari New World Order. Dan kita mulai melihat sebuah bentuk integrasi, antara informasi, teknologi, dan perdagangan.

Kita mulai melihat ekonomi, politik, budaya, dan ideologi ditransportasikan secara bersamaan dari bangsa ke bangsa. Dan dengan teknologi ini, dengan kemampuan mentransportasikan gagasan, nilai-nilai dari masyarakat, cara mereka makan, apa yang mereka nikmati, rekreasi mereka, konsep ras mereka, budaya mereka, ideologi mereka, ditransportasikan ke seluruh dunia. Sebuah bentuk globalisasi. Dan dengan meledaknya informasi dan teknologi, dan dengan kejadian besar terjadi, sekarang sampai kepada titik puncaknya, dia mencapai titik tinggi. Jadi sebagai seorang awam, kita melihat ini, dan kita berkata, “apa yang terjadi? Apa yang terjadi dengan dunia” yang mempunyai begitu banyak pandangan berbeda, berbagai bangsa, berbagai cara dalam suatu hal, yang dapat menangkap satu sama lain. Sekarang kita melihat politik direnggut kekuasaannya. Ekonomi memerintahkan seluruh transaksi sosial. Kita melihat negara melayani struktur kekuatan finansial, bahwa kekuatan sebenarnya tidak lagi berada ditangan jendral, melainkan kekuatan sebenarnya sekarang pindah ke orang-orang yang menjalankan ekonomi, kepada sistem perbankan. Lalu kita melihat para politisi memainkan peran petugas relasi publik hanya untuk mengendalikan masyarakat, entah dengan menina-bobokan mereka atau dengan meneror mereka. Lalu kita melihat masyarakat menjadi tersibukkan dan tak berdaya. Hidup mereka dibombardir dengan rangkaian event-event budaya. Dan event-event budaya ini mulai menjadi hal paling penting dalam hidup mereka :

World Cup, Major League Series, Rugby, Kriket, Hockey, Tennis, apapun olahraganya, kita melihat seluruh masyarakat terpesona dengannya. Dan pahlawan nasional adalah atlet-atlet olahraga. Bahkan di Arab Saudi, bahkan dinegara-negara muslim, pahlawan nasionalnya sekarang adalah pemain sepakbola yang menendang bola kecil ke arah gawang. Dia menjadi pahlawan bangsa sementara banyak orang yang sekarat, tapi kita menjadi tersibukkan dengan ini. Dan ini menjadi sebuah bentuk indoktrinasi dan dengan penggunaan musik yang memainkan perasaan kita yang memainkan perasaan kita.

Dengan video yang sekarang sampai pada titik ekstrim. Proses berfikir masyarakat berubah. Orang-orang sekarang jatuh cinta pada superhero, bahkan bingung dengan identitas mereka sendiri, mencoba mengubah diri sendiri, mengubah warna rambut mereka, mengubah mata mereka, mengubah pakaian mereka, mengubah cara bicara mereka pada tingkat global.

 Kemudian kita melihat kecanduan obat sampai ke titik dimana manusia tidak pernah melihatnya sebelumnya, melihat umat muslim dan bersama mereka, bahwa pemuda-pemuda dibuat bingung dengan obat-obatan. Ia merasuk ke negara kita. Tak peduli dalam bentuk apakah obat itu, kokain, LSD, obat delusi, depressan, membuatmu tinggi, membuatmu tidur, membingungkanmu, dan menciptakan dunia palsu,
 dan memberikanmu ketergantungan palsu sehingga kau menjadi bergantung pada zat kimia, kau lupa akan Allah. Tuhanmu menjadi obat itu, tuhanmu menjadi zat kimia itu sehingga menciptakan ketergantungan ini diantara masyarakat. Lalu kita melihat penyakit sosial mematikan tersebar.

Dan dikatakan di Afrika Selatan, dan Allah yang lebih tahu, tapi mereka berkata bahwa dibeberapa bagian Afrika selatan, satu dari empat orang positif HIV. Ia telah sampai ke tingkat ini. Dan apapun HIV ini, ada banyak teori. Entah ini suatu kuman penyakit, entah ini ditransfer melalui homoseksualitas, entah ini karena suatu kerusakan, bahkan ada sebagian dokter yang bilang bahwa kekebalan tubuhmu bisa rusak karena sejumlah faktor. Tidak hanya oleh virus dimana mereka tidak pernah memberitahu kita bentuknya, tapi sistem imun dapat rusak karena malnutrisi, karena tuberkulosis, karena malaria, dan mereka mencatat hampir 40 cara bahwa kekebalan tubuhmu dapat rusak, dan jika kau mengambil tes, kau dianggap positif HIV.

Apapun itu, bisa membunuh kita. Ia membunuh kita dalam jumlah besar. Lalu kita melihat planet menjadi gagal berfungsi. Kita harusnya maju dalam teknologi, hidup kita harusnya menjadi lebih baik, tapi planet ini sendiri yang diciptakan untuk melayani kita, sekarang gagal berfungsi. Udara menjadi berpolusi, air menjadi tercecer, binatang-binatang mati, mereka menebangi hutan-hutan, mereka menghancurkan kehidupan, dan sekarang ada kangker yang aneh. Panyakit baru, kanker baru, tumor baru, dan hal-hal yang menggerogoti tubuh kita yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Dan ini terjadi diseluruh planet.

Jadi apa yang terjadi di hadapan kita?
Ketika orang-orang mulai bicara, ketika mereka mencoba memprotes apa yang terjadi, bahkan ketika mereka memprotes dengan cara legal, mereka pun diberikan informasi palsu yang datang dari teknologi, atau merekapun diteror, mereka pun dibuat ketakutan. Jadi ketika kejadian 9/11 terjadi, dunia berubah, mereka terhubung dengan teknologi elektronik, dibuat ketakutan, dan gambar-gambar disebarkan dihadapan mereka, dan gambar-gambar ini terhubung dengan situasi geo-politik.
Jangan dibodohi!

Apa yang terjadi adalah kita melihat semuanya bergerak menuju pemerintahan satu dunia! Kepolisian satu dunia! Bank untuk satu dunia! Dan pemimpin-pemimpin elit untuk satu dunia yang memerintah kita bukan bedasarkan keinginan rakyat, atau demokrasi, melainkan memerintah karena kendali Bank.


Mengharukan ‘Kisah Nabi Muhammad S.A.W Menjelang Wafat’

Mengharukan ‘Kisah Nabi Muhammad S.A.W Menjelang Wafat’


Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala nitu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”.”Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. ” Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.”Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.”Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa’alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.



Kamis, 21 Desember 2017

HIDAYAH ITU DICARI, BUKAN DITUNGGU

 HIDAYAH ITU DICARI, BUKAN DITUNGGU


#AkidahTauhid
HIDAYAH ITU DICARI, BUKAN DITUNGGU
Kita layak terpukau dengan kisah-kisah orang-orang yang mendapatkan hidayah, lalu hidayah itu merubah drastis jalan hidupnya. Tapi kita juga pantas bertanya, mengapa tingkat kebaikan kita tidak setinggi mereka tersebut? Kita sudah lama memeluk agama Islam, tapi mengapa Islam kita masih biasa-biasa saja? Baik dalam hal ilmu, amal, maupun peran yang dapat kita lakukan untuk kemajuan Islam.
Kemampuan seseorang untuk melahirkan amal, bergantung seberapa  besar kadar hidayah yang bersemayam di hatinya. Baik Hidayah Irsyad atau petunjuk yang berupa pengetahuan terhadap kebenaran, juga Hidayah Taufik yang menjadikan kebutuhan manusia untuk mendapatkan hidayah.  Karenanya, manusia memerlukan hidayah untuk memeroleh setiap maslahat, baik Duniawi maupun Ukhrowi.
Inilah jawabannya, meskipun kita telah mendapatkan hidayah Islam, mengapa masih tetap diperintahkan memohon hidayah kepada Allah, paling minim, 17 kali dalam sehari semalam kita membaca di dalam sholat,
“Tunjukkilah kami jalan yang lurus,” (QS. Al-Fatihah 6)
Selain hidayah Islam, kita juga membutuhkan hidayah yang bersifat tafshili. Untuk menjalani Islam dengan benar, kita perlu hidayah ilmu. Kita perlu petunjuk, apa yang harus kita imani, bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, apa saja rincian kebaikan, sehingga kita bisa menjalankan, mana jenis kemaksiatan yang harus kita hindari. Ini semua butuh hidayah irsyad, memerlukan petunjuk ilmu.
Setelah mengetahui ilmunya, kita juga membutuhkan hidayah taufik, agar kita mampu menerapkan ilmu ke dalam amal, juga untuk istiqomah. Karena tidak sedikit orang yang telah mengetahui berbagai jenis amal saleh, namun tidak diberi kekuatan untuk menjalaninya. Meskipun ia orang yang kuat dan berotot, tanpa hidayah, ia tak mampu berbuat apa-apa. Ada pula yang sudah mengerti sederetan kemaksiatan dan segudang perkara yang haram, namun ia tak kuasa untuk melepaskan diri dari belengu syahwatnya. Kita membutuhkan hidayah untuk mengenali kebenaran, butuh pula hidayah untuk mampu berpegang di atasnya.
Mungkin tersisa dibenak kita, mengapa kita masih saja “Biasa”. Tidak tampak efek luar biasa, padahal kita juga berdoa kepada Allah, paling tidak 17 kali dalam sehari semalam. Allah tidak mungkin bakhil, tidak pula menyalahi janji-Nya atas hamba-Nya. Efek yang belum terasa, atau tidak begitu kuat pengaruhnya, boleh jadi karena kurangnya penghayatan kita terhadap doa yang kita panjatkan. Kita memohon kepadanya, namun tidak tau apa yang kita minta, atau tidak menyadari, permohonan apa yang kita panjatkan kepada-Nya. Allah tidak mengabulkan doa yang berangkat dari hati yang lalai.
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai” (HR Tirmizi, Al-Albani menyatakan, “hadis Hasan”).
Atau bisa jadi pula, karena ikhtiar kita untuk mendapatkan hidayah belum optimal. Selain doa yang menuntut hadirnya hati, juga terhindarnya kita dari faktor-faktor penghalang terkabulnya doa, mestinya kita iringi doa dengan ikhtiar. Hidayah irsyad  kita cari dengan banyak belajar, menelaah Alquran dan As-Sunnah, mengaji kitab-kitab yang ditulis para ulama, maupun menghadiri majelis-majelis ilmu. Adapun hidayah taufik hendaknya kita cari dengan bergaul bersama orang-orang saleh dan bermujahadah untuk menjalankan amal-amal penyubur iman.
Salah jika berpikir, bahwa mendapat hidayah berarti Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan malaikat yang akan menurunkan seseorang sesat, lalu masuk Islam, bertaubat, menuntunnya melakukan amal kebaikan setiap saat sepanjang hidupnya, tanpa ada usaha dari orang tersebut.
Hidayah adalah petunjuk yang secara halus menunjukkan dan mengantarkan kepada sesuatu yang dicari. Dan yang paling dicari manusia semestinya adalah keselamatan di dunia dan Akhirat. Untuk mendapatkannya, Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi bekal bagi setiap manusia dengan berbagai arahan, yang akan membawa menuju keselamatan. Namun Allah subhanahu wa ta’ala juga memberinya pilihan, sehingga ada yang mengikuti petunjuk lalu selamat, dan ada yang tidak mengacuhkannya, lalu celaka.
Imam Ibnul Qayyim dan Imam al Fairusz Abadi menjelaskan, Allah telah memberikan petunjuk secara halus kepada setiap manusia agar selamat hingga Hari Kiamat, bahkan sejak hari kelahirannya. Beliau menyebutkan:
Tahapan pertama adalah memberikan Al Hidayah Al Amah, yaitu hidayah yang bersifat umum yang diberikan kepada setiap manusia, bahkan setiap mahluknya. Yaitu petunjuk berupa instink, akal, kecerdasan dan pengetahuan dasar, agar makhluknya bisa mencari dan mendapatkan berbagai hal, yang memberinya maslahat. Hidayah inilah yang dimaksud dalam ayat,
“Musa berkata; ‘Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS.Thaha: 50)
Dengan bekal ini, manusia bisa menyerap, memahami dan melaksanakan berbagai arahan dan bimbingan yang diberikan kepadanya.
Tahapan kedua adalah Hidayatul Dilalah Wal Bayan atau Hidayatul Irsayad, yaitu petunjuk berupa arahan dan penjelasan yang akan mengantarkan manusia kepada keselamatan dunia dan Akhirat. Semua itu terangkum dalam risalah yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul-Nya.  Allah berfirman:
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami.” (QS.21:73)
Risalah yang dibawa oleh Muhammad ﷺ adalah Hidayatul Bayan paripurna yang telah Allah berikan kepada manusia. Sifatnya hanya memberi penjelasan dan arahan, agar manusia bisa meraih keselamatan. Mengikuti atau tidak, Allah memberikan pilihan kepada setiap manusia berupa ikhtiar. Sehingga ada di antara mereka yang mengetahui, kemudian mengikuti dan terus melazimi hingga menjadi mukmin yang taat. Namun ada pula yang enggan bahkan menentang. Yang mengetahui, lalu mengikuti dan berusaha tetap berada di atas kebenaran, akan selamat. Sebaliknya, yang mengetahui lalu berpaling, akan binasa.
Kemudia, fase ketiga adalah Hidayatut Taufiq, yaitu petunjuk yang khusus diberikan kepada orang–orang yang dikehendaki Allah. Hidayah yang menuntun hati seseorang untuk beriman dan beramal sesuai dengan tuntunan-Nya. Cahaya yang menerangi hati dari gelapnya kesesatan dan membimbingnya menuju jalan kebaikan. Hidayah yang mutlak hanya dimiliki dan diberikan oleh Allah inilah yang melunakkan hati seseorang, hingga ia mau menjawab seruan dakwah. Dan hidayah ini pulalah yang menuntun mereka agar tetap berada di atas jalan yang lurus.
Hidayah ini adalah buah dari Hidayatul Irsyad. Seseorang tidak mungkin akan mendapat hidayah ini, jika belum mendapatkan Hidayatul Irsyad sebelumnya. Namun tidak semua orang yang sudah mendapat Hidayatul Irsyad pasti mendapatkan Hidayatut Taufiq.
Seperti sudah dipaparkan tadi, bahwa tugas dan kewenangan Nabi ﷺ, juga orang-orang yang menjadi pewaris para Nabi ﷺ hanyalah menjelaskan dan menyampaikan. Mereka tidak akan mampu membuat atau memaksa seseorang mengikuiti apa yang mereka dakwahkan, jika orang tersebut lebih memilih jalan kesesatan dan tidak diberi Hidayatut Taufiq oleh Allah. Allah berfirman:
”Sesungguhnya engkau takkan bisa memberikan hidayah (taufiq) kepada orang yang engkau cintai. Akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa pun yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. “ (QS. Al-Qashash:56).
Yang terakhir adalah hidayah di Akhirat. Petunjuk di Akhirat yang menuntun manusia menuju Jannah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, salah seorang dari mereka lebih tahu arah menuju rumah-Nya di Jannah, daripada arah menuju rumahnya di dunia.“
Keempat fase ini saling terkait secara berurutan. Tanpa adanya hidayah pertama, seseorang tidak akan bisa mendapatkan hidayah yang kedua berupa Irsyad, arahan dan bimbingan dari Rasulullah ﷺ. Sebab orang yang akalnya tidak sempurna (gila maupun idiot) tidak bisa menyerap dan menalar berbagai ilmu dan bimbingan dari siapapun. Kalaupun bisa, daya serapnya sangat minim, sehingga mereka justru di bebaskan dari semua taklif dan tanggung jawab.
Sedang hidayah yang ketiga, tidak mungkin bisa diraih sebelum seseorang mendapatkan hidayah yang pertama dan kedua. Taufiq dari Allah hanya akan turun kepada orang yang telah mendengar risalah dan kebenaran. Demikian pula hidayah yang keempat. Dan Allah Maha Mengetahui siapa yang benar-benar mencari dan berhak mendapatkan hidayah dari-Nya.
Hidayah Al amah kita semua sudah memilikinya. Adapun hidayah di Akhirat, bukan lain adalah buah dari yang kedua dan ketiga. Sehingga yang harus kita cari semasa hidup di dunia adalah Hidayatul Irsyad dan Hidayatut Taufiq. Ibnu Katsier menjelaskan hidayah kita pinta dalam surat Al Fatihah adalah dua hidayah tersebut.
Hidayatul Irsyad adalah ilmu syari yang sahih, di mana kita bisa mengetahui kebenaran (Ma’rifatul Haq). Sedang hidayatut Taufiq adalah kelapangan hati untuk mengamalkan dan selalu berada di atas kebenaran. Dua hal ini tidak akan kita dapatkan, jika Allah tidak menghendaki kita mendapatkannya. Sehingga yang harus kita lakukan adalah mencari dan memohon kepada Pemiliknya. Mencari berbagai hal yang bisa mendatangkan hidayah dan berusaha menghancurkan semua yang menghalangi kita dari hidayah.
Syaikh Abdurahman bin Abdullah as Sahim, dalam risalahnya menjelaskan, ada beberapa hal yang bisa mendatangkan hidayah:
·          Pertama: Bertauhid dan menjauhi syirik.
·          Kedua: Menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
·          Ketiga: Inabah, bertaubat dan kembali kepada Allah.
·          Keempat: I’tisham, berpegang teguh kepada Kitabullah.
·          Kelima: Berdoa dan berusaha keras mencarinya.
·          Keenam: Memperbanyak zikir.
Selain sebab-sebab yang bisa mendatangkan hidayah, ada juga beberapa hal yang akan menghalangi masuknya cahaya hidayah ke dalam hati, di antaranya:
·          Pertama: Minimnya pengetahuan dan penghargaan atas nikmat hidayah
Ada sekian banyak manusia yang tergiur dengan dunia dan menjadikannya satu-satunya hal yang paling diharapkannya. Sukses di matanyanya adalah capaian harta dan kedudukan di mata manusia. Kesuksesan yang bersifat Ukhrowi dinomorduakan, dan berpkir, bahwa hal seperti itu bisa dicari lagi di lain kesempatan.
Meski sudah mendapatkan lingkungan yang baik, kesempatan belajar agama yang benar, rezeki yang halal meski sedikit, ia tidak segan meninggalkannya demi meraih dunianya. Itu karena rendahnya penghargaan atas hidayah Allah berupa teman yang saleh, dan ilmu dien yang telah diberikan kepadanya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Mereka hanya mengetahui yang tampak dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) Akhirat mereka lalai. (QS. Ar Rum 7)
·          Kedua: Hasad dan kesombongan.
·          Ketiga: Jabatan
·          Keempat: Syahwat dan harta, dan
·          Kelima: Kebencian.
Seseorang yang membenci orang lain, si A misalnya, ketika si A mendapatkan hidayah berupa masuk Islam, taubat dari suatu maksiat, semangat belajar Islam atau yang lain, kebenciannya akan menghalanginya untuk mengikuti jejak orang yang dia benci itu. Kesombongan, gengsi dan kejengkelan tumbuh subur di atas lahan kebenciannya, dan menghalangi cahaya hidayah masuk menerangi hatinya. Allah berfirman, yang artinya:
”Sesungguhnya seorang hamba jika telah beriman kepada Alquran dan mendapat petunjuk darinya secara global, mau menerima perintah dan membenarkan berita dari Alquran, semua itu adalah awal mula dari hidayah-hidayah. Selanjutnya yang akan ia peroleh secara lebih detail. Karena hidayah itu tak memiliki titik akhir, seberapa pun seorang hamba mampu mencapainya. Allah berfirman:
”Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya. (QS.Maryam:76).”
Wallahua’lam.
Sumber: nasihatsahabat.com                   Oleh: nofriyaldi




Minggu, 17 Desember 2017

Pikirkan dan Syukurilah..!! (Untaian nasehat dari buku: La Tahzan / jangan bersedih).

Pikirkan dan Syukurilah..!! (Untaian nasehat dari buku: La Tahzan / jangan bersedih).


Ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda.
Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah
kedua telapak kaki.
{Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup
menghitungnya.}
(QS. Ibrahim: 34)

Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air,
semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki
dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi
tak pernah mengetahuinya.
{Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.}
(QS. Luqman: 20)

Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua
kaki.
{Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?}
(QS. Ar-Rahman: 13)

Apakah Anda mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu
yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan
terus menerus tiada henti? Apakah Anda mengira bahwa berdiri tegak di
atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak
kuat dan suatu ketika bisa patah?

Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika
sanak saudara di sekitar Anda masih banyak yang tidak bisa tidur karena
sakit yang mengganggunya? Pernahkah Anda merasa nista manakala dapat
menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di
sekitar Anda yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?

Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya
Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali
mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari
penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak
Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung
Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah
Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda,
hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan
untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?

Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan
kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa
resah, suntuk, sedih, dan gelisash, meskipun Anda masih mempunyai nasi
hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk
tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.
Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda
pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya
karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih
memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian,
karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan
kemudian syukurilah!
{Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.}
(QS. Adz-Dzariyat: 21)

Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah,
pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan
janganlah termasuk golongan
{Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}
(QS. An-Nahl: 83)

Di kutip dari buku: La Tahzan, jangan bersedih, Karya DR. 'Aidh al-Qarni; penerjemah, Samson Rahman

 Oleh Nofriyaldi 

Kemenangan Umat Islam Atas Mongol di Perang Ain Jalut

 Kemenangan Umat Islam Atas Mongol di Perang Ain Jalut


Pada Bulan Ramadhan tahun 658 H, Sultan Mesir, Saifuddin Quthuz, keluar dari Mesir bersama pasukan Mesir, Syam, dll. Ia memerintahkan panglimanya, Baybars, untuk berangkat terlebih dahulu. Mencari-cari berita tentang persiapan Pasukan Mongol.
Ketika Baybars tiba di Gaza, ia bertemu sekelompok kecil pasukan Mongol. Ia segera menghadapi mereka dan berhasil mengalahkannya. Kekalahan ini sedikit memberikan pengaruh pada moral pasukan Mongol.
Kemudian Sultan Quthuz pun tiba di Gaza. Ia tinggal selama sehari di tanah Syam itu. Setelah itu, ia kembali berangkat melalui jalur Arce. Melewati jalur-jalur tentara Salib. Pasukan Salib menawarkan bantuan untuk menghadapi Mongol. Quthuz menolaknya. Bahkan ia sempat berperang dengan Pasukan Salib sebelum berjumpa Pasukan Mongol. Sampai akhirnya Quthuz berjumpa dengan Baybars di Ain Jalut.
Setelah Hulagu pergi meninggalkan Syam menuju Mongol untuk turut serta dalam pemilihan Khan yang baru, pasukan Mongol dipimpin oleh Katbugha. Katbugha mengumpulkan semua kekuatan Mongol yang ada di Syam. Semua bersatu dan bersiap untuk Perang Ain Jalut.
Quthutz mengatur strategi. Di medan perang nanti, ia tidak langsung mengeluarkan pasukan utamanya. Pasukan utama disiapkan. Mereka bersembunyi di bukit serta lembah-lembah Ain Jalut. Pasukan ini dipimpin oleh Baybars.
Pada tanggal 15 Ramadhan 658 H, pertempuran besar pun pecah di Ain Jalut. Pasukan Mongol datang bagaikan ombak besar di hadapan Pasukan Mesir. Seolah-olah mereka akan dengan mudah merebut kemenangan. Mereka sudah berhasil mengalahkan barisan depan pasukan. Tapi, Sultan Quthuz tetap teguh dan tak merasa gentar. Ia berteriak dengan seruan perang yang terkenal “Waa Islaamaah!!” Kekuatan pasukannya keluar, bersatu, dan kokoh berada di sekelilingnya. Mereka menyerang dan berhasil mengejutkan Pasukan Mongol.
Orang-orang Mongol terkejut dengan keteguhan dan ketangguhan umat Islam dalam peperangan. Mental mereka ciut. Semangat mereka kendur. Ditambah mereka melihat Panglima Katbugha, terkapar tewas. Jasadnya terbaring di medan Ain Jalut. Perang besar ini pun dimenangkan oleh kaum muslimin. Kedigdayaan Pasukan Mongol pun terhenti. Kekalahan bukanlah kemustahilan untuk mereka.
Umat Islam terus mengejar Pasukan Mongol yang kocar-kacir melarikan diri. Sampai akhirnya, Mongol berhasil bersatu kembali di Bisan, sebuah desa dekat Ain Jalut. Bentrok pun kembali berlanjut. Semakin sengit dan semakin sengit. Sultan Quthuz terus berteriak, memotivasi pasukannya, “Waa Islaamaah!!” Ia berteriak tiga kali. Kemudian ia berdoa, “Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini, Quthuz.” Tidak lama, kemenangan pun digapai oleh kaum muslimin. Inilah kali pertama orang-orang Mongol merasakan kekalahan dalam perang sejak zaman Jenghis Khan.
Kemenangan yang begitu bersejarah. Sultan Quthuz turun dari kudanya. Ia tempelkan wajahnya di tanah, lalu menciumnya sebagai ungkapan gembira. Kemudian ia menunaikan shalat dua rakaat, ungkapan syukur kepada Allah.
Sumber:
– https://lite.islamstory.com/
حدث-في-15-رمضان-انتصار-عين-جالوت/



Oleh Nofriyaldi
Artikel www.KisahMuslim.com



Wafatnya Sejarawan Islam, al-Maqrizi


 Wafatnya Sejarawan Islam, al-Maqrizi



Pada tanggal 16 Ramadhan 845 H, wafat sejarawan besar Islam, al-Maqrizi. Beliau adalah Taqiyuddin Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir al-Ba’li. Keluarganya berasal dari daerah Ba’labak, Libanon. Tapi ia dilahirkan di Kairo, Mesir.
Meskipun namanya Ahmad bin Ali, tapi ia lebih dikenal dengan nama al-Maqrizi. Nisbat kepada sebuah kampung yang bernama al-Maqarizah. Sebuah kampung dari kampung-kampung yang ada di Ba’labak. Ayahnya hidup di Kairo. Ia menyandang beberapa jabatan. Di antaranya menjabat sebagai hakim dan dewan hisbah.
Kemudian mereka pindah ke Damaskus pada tahun 811 H. Dan tinggal di sana selama 10 tahun. Al-Maqrizi mengisi hari-harinya di Damaskus dengan belajar dan bekerja di Departemen Wakaf. Setelah genap 10 tahun, ia kembali ke Kairo. Di sanalah ia memulai menulis sejarah. Pda tahun 834 H, ia berhaji bersama keluarganya. Dan tinggal beberapa saat di Hijaz. Melalui jamaah haji, ia mendapat informasi tentang sebagian negeri Arab. Setelah itu, ia kembali lagi ke Mesir pada tahun 839 H hingga wafatnya pada usia 79 tahun.
Karya-Karyanya
Al-Maqrizi banyak menulis tentang Geografi dan Sejarah. Karyanya dalam Geografi adalah sebuah buku yang diberi judul al-Mawa’izh wa al-I’tibar fi Dzikri al-Khattath wa al-Atsar. Buku inilah yang awal mula melabungkan namanya. Dalam buku tersebut ia bercerita tentang Mesir. Peninggalan-peninggalan kunonya. Dan para pendiri Mesir.
Dalam bidang sejarah, ia punya karya:
Pertama: As-Suluk li Ma’rifati Duwal al-Muluk. Ini adalah buku sejarah Mesir dari tahun 577 H hingga 844 H.
Kedua: Durar al-‘Uqud al-Faridah fi Tarajim al-A’yan al-Mufidah. Buku ini memuat biografi para tokoh.
Ketiga: It’azh al-Hunafa bi Akhbari al-Aimmah al-Khulafa. Yang merupakan sejarah Daulah Fatimiyah.
Keempat: Durar al-Mudhi-ah. Buku sejarah Islam yang mengisahkan kejadian mulai dari tragedi pembunuhan Utsman hingga masa al-Mu’tashim, khalifah terakhir Daulah Abbasiyah.
Kelima: Imta’ al-Asma’ bima li ar-Rasul min al-Anba’ wa al-Ahwal wa al-Hafadah wa al-Mata’.
Keenam: Nabadzah al-‘Uqud fi Umuri an-Nuqud. Buku ini adalah kajian sejarah uang bangsa Arab. Dan lain-lain.
Karya-karya beliau dicetak di negeri-negeri barat. Dipelajari dan dikaji di universitas-universitas mereka. Kemudian mereka memberikan kesimpulan sendiri dari apa yang sudah terbaca. Atau memang sebagiannya digunakan untuk menghambat tumbuh dan bangkitnya peradaban Islam sendiri.
Sumber:
– https://lite.islamstory.com/
حدث-في-16-رمضان-وفاة-المقريزي/