Jumat, 24 Agustus 2018

KHUSUS JOMBLO.. !

KHUSUS JOMBLO.. !
KETIKA JODOH TAK KUNJUNG TIBA...


Tidak ada seorang pun dari kita yang bisa menebak siapa yang akan menjadi jodoh kita. Manusia hanya bisa berusaha, selebihnya Allah yang menentukan. Banyak kasus yang kita dengar bertalian dengan jodoh. Ada anak manusia yang sudah dijodohkan, ternyata tidak jadi menikah dengan calonnya tersebut... Lebih tragis lagi, ada yang sudah menentukan tanggal pernikahan, bahkan calon suami sudah tiba di rumah calon istri satu hari sebelumnya, ternyata pernikahan gagal !! Itulah rahasia Ilahi yang tidak bisa ditebak....

Dan bukti kebenaran sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam


"Allah telah menulis takdir para makhluk pada lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi." (HR Muslim: 2653)

Akhi Wa Ukhti Fillah...
Janganlah bersedih dengan jodoh yang belum kunjung datang... Kita harus yakin bahwa segala yang terjadi dalam kehidupan ini sudah diatur oleh Allah Azza Wa Jalla, Semua pasti ada hikmahnya. Waktu dan hari akan terus bergulir dan bergilir :

"..Dan hari-hari itu, Kami pergilirkan di antara manusia. (QS Ali Imran:140)
Hari ini barangkali kita belum punya suami/isteri. Namun, suatu hari nanti boleh jadi pendamping hidup kita akan datang..

YAKINLAH...
bahwa tidak ada sesuatu yang ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla, melainkan BAIK bagi para hamba sekalipun menurut pandangan manusia buruk. Allah berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS al-Baqarah : 216)

Berikut ini beberapa butir nasihat untuk akhawat dan kiat agar jodoh yang dinantikan (Insya Allah) tiba di pangkuan.. :

1. Jangan Bermuluk-Muluk, Yang Penting Agamanya..!
Sebagian orang menentukan kriteria bahwa jodohnya harus begini dan begitu. Gengsi, kata mereka, jika harus menikah dengan 'ikhwan pengajian' yang rajin menyimak majelis ta'lim, yang papa, belum punya pekerjaan tetap, belum punya rumah, dan rezekinya pas-pasan. Maka kami nasihatkan,: BUANG JAUH-JAUH PRINSIP MATERIALISME..!! Pilihlah suami (atau istri) yang shalih dan bagus agamanya. Pasangan yang shalih akan memuliakan istri (atau suami) yang dicintainya dan tidak akan menghina istri (atau suami) yang dibenci (kurang disukai)nya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

"Apabila seorang yang engkau ridhai agama dan akhlaknya datang kepadamu (untuk melamar perempuan yang ada di bawah perwalianmu, admin.) maka nikahkanlah dia. Kalau engkau tidak melakukannya, akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi." (HR at-Tirmidzi: 1085, Ibnu Majah: 1967, dan al-Hakim 2/164)

2. Tidak Memberatkan Dengan Mahar Yang Mahal..!

Sebab, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

"Termasuk kebaikan dan keberkahan wanita, mudah dalam urusannya dan ringan dalam maharnya." (HR al-Hakim 2/181, Ibnu Hibban: 1256, al-Bazzar: 2/158, dan al-Baihaqi 7/235)

3. Minta Bantuan Orang Tua, Kerabat Dan Teman...
Bukanlah aib bagi seseorang untuk meminta bantuan orang tua, kerabat, atau teman agar mencarikan jodoh yang cocok dengan kita. Seorang laki-laki shalih berkata kepada Nabi Musa


"Berkatalah dia, "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anak gadisku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun."
(QS al-Qashash : 27)

Al-Imam al-Qurthubi berkata, "Ayat ini merupakan DALIL bahwa seorang wali boleh menawarkan putrinya kepada seorang laki-laki. Ini adalah sunnah yang tetap." (Tafsir al-Qurthubi 13/179)1

4. Menawarkan Diri Kepada Orang yang Shalih dan Baik..
Boleh saja seorang wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang dia nilai shalih dan baik. Anas ibn Malik berkata:

"Seorang wanita datang menemui Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menawarkan dirinya. Wanita itu berkata,'Wahai Rasulullah, apakah Anda ingin menikah dengan saya?" Putrinya Anas berkata, 'Sungguh tidak punya malu, tidak punya malu!' Anas berkata, 'Dia lebih baik darimu, ingin menikah dengan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam lantas menawarkan dirinya langsung kepada Nabi Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.'" (HR al-Bukhari: 5120)

Al-Imam an-Nawawi berkata, "DIANJURKAN agar seorang wanita menawarkan dirinya kepada laki-laki yang shalih supaya menikahinya." (Syarh Shahih Muslim 9/320)

Jika ada yang menganggap perkara ini termasuk aib dan (menunjukkan bahwa pelakunya) TIDAK PUNYA MALU, maka kita katakan : Bahwa tujuan nikah bukanlah sekadar guna melampiaskan nafsu biologis, melainkan lebih dari itu, yaitu Nikah merupakan sebuah hajat masyarakat yang dibutuhkan oleh setiap insan yang hidup bersama. Laki-laki membutuhkan wanita. Demikian pula, wanita membutuhkan laki-laki. Tidak mungkin setiap orang untuk merasa cukup hidup sendiri....

5. Tawakkal Sambil Terus Berusaha...
Jika usaha Anda sudah maksimal maka serahkanlah urusan jodoh ini kepada Allah. Orang yang bertawakkal dan bertaqwa akan diberi jalan kemudahan. Allah Azza Wa Jalla berfirman:

"Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disang-ka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS ath-Thalaq : 2-3)

6. Berdo'a...
Jangan putus asa dalam berdo'a. Jangan berpra-sangka buruk kepada-Nya. Berbaik sangkalah kepada Allah. Insya Allah, PERKARA YANG SULIT AKAN MENJADI MUDAH. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda (dalam hadits qudsi):

(Allah Azza Wa Jalla berfirman,)
"Aku menuruti sangkaan baik para hamba terhadap-Ku. Hendaklah ia berpraduga terhadap-Ku sekehendaknya; jika baik (sangkaannya) maka akan baik jadinya, dan jika buruk (sangkaannya) maka akan buruk jadinya." (HR ath-Thabarani dalam al-Ausath: 8115, Ibnu Hibban: 639, Abu Nu'aim 9/306. Lihat ash-Shahihah: 1663)

Wallahu A'lam 
Barakallahu Fiikum
Semoga Bermanfaat


Kamis, 12 April 2018

Betapa indahanya ketika seseorang yang jatuh kedalam taman cinta, taman yang penuh segala keindahan

Betapa indahanya ketika seseorang yang jatuh kedalam taman cinta, taman yang penuh segala keindahan

Jibril alaihissalam pernah berpesan ke pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, ia menggatakan  “Ya Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,  kau cintai siapa saja yang kau kehendaki, namun  pasti kau akan berpisah dengan orang itu”  

Namun ada sebuah  cinta yang talapuk dek hujan dan tak lekang dek panas yang  tidak  akan pernah berubah, cinta yang bisah bertambah dan terus bertambah, hingga menjadi kekasih Allah subhanahu watala, yaitu : 
  1. cinta kepada Allah.   2. cinta karena Allah.     3. cinta untuk Allah.

Apa bila cinta hamba  kepada rabbnya dan untuk rabbnya, maka itu akan menemani dia sampai kedalam kuburan nanti, tidak akan berpisah sama cintanya.
Oleh karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak memaksa kita beriman, gak ada yang memaksa Ikhwan dan Akhwat untuk ke Masjid tidak pernah, tidak ada memaksa  Ikhwat dan Akhwat jadi orang islam, gak ada.

Makah Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak suka dengan hal itu, bahkan Allah mengatakan tidak ada paksaan dalam beragama, dalam memeluk sebuah agama, gak ada,

    Oleh karena itu,  Islam adalah agama yang paling toleransi, dimasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, beliau bertetanggaan dengan orang-orang yahudi,  orang-orang musyrikin,  ketika Islam sampai ke negeri-negeri  yang di taklukan  oleh Islam,  dibiarkan orang-orang  dalam memeluk agama mereka.

sampai kepalistina Umar Bin Khattab Radhiyallahu Anhu,  menerima kunci-kunci masjidil aqsa, semogga  Allah subhanahu wa ta'ala  membebas kan masjidil aqsa dari tanggan-tanggan orang yahudi, Amin.  tidak ada satupun gereja yang di ancurkan,  tidak ada satu pun tempat ibadah orang yahudi yang di ancurkan.

    gak ada pemaksaan dalam beragama, kau mau beriman silahkan, bahkan Allah subhanahu wa ta'ala mengatakan   ”yang mau berkhendak beriman silahkan dan yang mau kafir silahkan”   karena memang Allah tidak ingin hubungan dia dengan hambanya dibangun diatas keterpaksaan, gak enak  orang dipaksa, kalau dipaksa berarti dia tidak suka dia benci,  tetapi Allah ingin membangun hubungan dia dengan hambanya dibangun diatas pilar-pilar cinta dan kasih sayang.

Allah maha pengasih, Allah maha pecinta, Allah mencintai hamba-hambanya, bahkan nama-nama Allah diantara ny  “Al-wadud yang artinya yang mencintai hamba-hambanya dan dincintai oleh hamba-hambanya “  

Didalam  Surat Hud,  Ayat ke 90, Allah befirman:
 “ Dan mohonlah ampun kepada Tuhan mu kemudian bertaubatlah Kepada-Nya.SesungguhnyaTuhan ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.” Allah itu meliputi segala sesuatu ,  Kasih Sayang Ku meliputi segala suatu.

Bahkan taatkala Allah Subhanahu Wa Ta'ala  menyelesaikan penciptaan langit dan buminya,  Allah  menulis sebuah kitab, sebuah tulisan, tulisan itu sampai hari ini ada terletak di Arsy-Nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tulisan itu berbunyi :

“Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,  beliau bersabda, “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari no. 7404 dan Muslim no. 2751)

Allah Rahiim, Wadud, Allah itu mencintai hamba-hambanya dan di cintai hamba-hambanya.
 Dia yang memulai dan Dia akan mengembalikan.

                               Sumber :  kajian  Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.

Ana bukan orang yang baik, tentu tak pantaslah menulis segala kebaikan...
Ana bukan orang tanpa cela, yang menganggap diri layak mengajak orang lain berbuat baik...
Menasehati, bukan berarti lebih mulia.
Dinasehati, bukan berarti lebih hina.
Saling menasehati bukankah wujud cinta? Juga wujud keindahan ukhuwah?
Jika menunggu yang sempurna untuk menasehati, maka lalu kapan keindahan kebaikan Islam akan bisa terluaskan.



Minggu, 08 April 2018

Penyakit Berbahaya pada Orang yang Menyanjung dan Bagi Orang yang Disanjung

Penyakit Berbahaya pada Orang yang Menyanjung dan Bagi Orang yang Disanjung

Sanjungan dapat tersusupi oleh enam penyakit; empat diantaranya terdapat pada orang yang menyanjung sedangkan dua diantaranya para orang yang disanjung.
Penyakit yang terdapat pada orang yang menyanjung ialah:

Pertama, ia berlebih-lebihan sehingga sampai pada kebohongan.
Kedua, ia dapat tersusupi oleh riya’, karena dengan menyanjung ia menampakkan kecintaan. Dan bisa jadi ia tidak menyembunyikan kecintaan itu dan tidak meyakini semua yang diucapkannya sehingga dengan demikian ia menjadi orang yang pamrih dan munafiq.
Ketiga, kadang-kadang ia mengatakan hal yang tidak sebenarnya dan hal yang tidak dapat dilihat. Diriwayatkan bahwa seseorang menyanjung orang lain di hadapan Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi
lalu Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi bersabda kepadanya:

“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu; seandainya dia mendengarnya niscaya dia tidak akan beruntung.”

Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika salah seorang diantara kalian harus menyanjung saudaranya maka hendaklah dia mengatakan, “Aku menghargai si Fulan tetapi aku tidak menyatakan kesucian seseorang di hadapan Allah. Allah-lah yang akan memuliakannya jika memang demikian halnya.” 
(HR. Bukhari dan Muslim).

Penyakit ini terjadi pada sanjungan dengan sifat-sifat yang mutlak yang seharusnya diketahui dengan berbagai dalil, seperti perkataannya, ‘Sesungguhnya dia orang yang bertaqwa, wara’, zuhud, sangat baik dan yang semakna dengan itu. Tetapi jika dia berkata, ‘Aku melihatnya shalat malam, bershadaqah, dan menunaikan ibadah haji’ maka hal ini adalah perkara yang dapat dipastikan. Termasuk dalam kategori ini adalah perkataan, ‘Sesungguhnya dia orang yang adil’, karena hal ini masih belum jelas sehingga tidak seharusnya dipastikan kecuali setelah pengujian batinnya. Umar r.a pernah mendengar seorang lelaki yang menyanjung orang lain, lalu Umar r.a bertanya, “Apakah kamu pernah bepergian bersamanya?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Umar r.a bertanya, “Apakah kamu pernah berinteraksi dengannya dalam jual beli dan mu’amalah?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Umar r.a bertanya, “Apakah kamu tetangganya siang dan malam?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Umar r.a berkata, “Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia, aku tidak menganggapmu telah mengenalnya.”
Keempat, bisa jadi ia membuat senang orang yang disanjung padahal dia orang yang zhalim atau fasiq; sedangkan hal ini tidak dibolehkan.
Al Hasan berkata, “Siapa yang mendoakan panjang umur kepada orang yang zhalim maka sesungguhnya dia telah menyukai Allah didurhakai di atas bumi-Nya. Padahal orang zhalim yang fasiq itu seharusnya dicela agar dia bersedih, bukan disanjung sampai merasa senang.”
Adapun bagi orang yang disanjung, sanjungan membahayakannya dari dua sisi, yaitu:
Pertama, ia mengakibatkan kesombongan dan ‘ujub.

Kedua, jika disanjung dengan kebaikan maka ia menyenangi sanjungan dan merasa puas kepada dirinya. Siapa yang merasa ‘ujub kepada dirinya pasti berkurang semangatnya, karena orang akan bersemangat beramal jika merasa kurang. Jika lidah-lidah sudah meluncurkan sanjungan pada dirinya maka dia mengira telah mencapai kesempurnaan. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi  bersabda: “Kamu telah memenggal leher temanmu, sekiranya mendengarnya niscaya dia tidak akan beruntung.”
Umar r.a berkata, “Sanjungan adalah penyembelihan.” Ini karena orang yang disanjung merasa malas beramal sedangkan sanjungan mengakibatkan kemalasan. Atau karena sanjungan itu mengakibatkan rasa ‘ujub dan sombong dimana kedua hal ini mengakibatkan kehancuran seperti halnya penyembelihan. Oleh sebab itu, Umar merupakannya dengan penyembelihan.
Jika sanjungan terselamat dari penyakit-penyakit ini pada diri orang yang menyanjung dan orang yang disanjung maka sanjungan itu tidak terlarang bahkan bisa jadi dianjurkan. Oleh sebab itu Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi menyanjung para shahabat. Sabdanya:
“Sekiranya iman Abu Bakar ditimbang dengan iman (penduduk) dunia niscaya (iman Abu Bakar) lebih berat.” (HR. Al Baihaqi).

Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda tentang Uma r.a:
“Sekiranya sesudahku ada Nabi lagi niscaya Umar bin Khaththab-lah orangnya.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan ia meng-hasan-kannya).
Sanjungan apakah yang lebih dari ini? Tetapi Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi berkata benar dan penuh bashirah. Para shahabat adalah orang-orang yang berderajat tinggi sehingga sanjungan itu tidak membuat mereka sombong, ‘ujub dan futur (loyo),
Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam, tanpa bangga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).

Yakni aku tidak mengucapkan hal ini karena kebanggaan sebagaimana tujuan orang-orang dalam memuji diri mereka sendiri. Seperti halnya orang yang diterima di sisi raja dengan penerimaan yang agung hanya membanggakan dengan penerimaan itu kepada dirinya dan dengan penerimaan itu pula dia merasa senang, bukan karena kelebihannya atas sebagian rakyatnya.
(Sumber: Kitab Mensucikan Jiwa, Karya: Sa’id Hawwa, Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamihid, Lc., Penerbit: Robbani Press)

Selasa, 09 Januari 2018

menuju kampung akhirat




(surga)Shirath (Neraka)

Telaga 
                                     
Mizan 

Penyerahan Catatan Amal

Hisab

Syafa’at

Padang Mahsyar

Hari Kebangkitan

Kehancuran Alam Semesta

Alam Kubur

                                    Alam Dunia (kita masih disini)

Alam Kandungan

Alam Roh



Daud Ath Tho’i mengatakan,  

“Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. 
Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu datangnya tiba-tiba“.
 (Kam Madho Min ‘Umrika?, Syaikh Abdurrahman As Suhaim)



Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil)
Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi). QS Al-Ma'arij: 6-7

RENUNGKANLAH UMURMU
Berapa umur yang telah berlalu darimu ?
Apakah umurmu yang telah lewat engkau
 gunakan untuk hal yang bermanfaat ?
  Atau kah untuk hal sia-sia?

1 hari akhirat = 1000 Tahun di dunia




Sumber: pemuda dan pengurus masjid baitulrrahman
  

Sabtu, 23 Desember 2017

KISAH “ASHABUL UKHDUD” DALAM AL QUR’AN

KISAH “ASHABUL UKHDUD” DALAM AL QUR’AN






Peristiwa Ashhabul Ukhdud adalah sebuah tragedi berdarah, pembantaian yang dilakukan oleh seorang raja kejam kepada jiwa-jiwa kaum muslimin, ini merupakan kebiadaban dan tindakan tak berprikemanusiaan; namun akidah tetaplah harus dipertahankan, karena dengannyalah kebahagiaan yang abadi akan diperoleh. Allah mengisahkan kejadian tragis ini dalam Alquran dengan firman-Nya:

” 4. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit,   5 . yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, 6.  ketika mereka duduk di sekitarnya,  7. sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.” 

(QS. Al-Buruj: 4-7)


Para ahlul ilmi sedikit berselisih dalam menafsirkan siapakah Ashhabul Ukhdud. Sebagian di antara mereka (ahlul ilmi) mengatakan bahwa mereka (Ashhabul Ukhdud) adalah suatu kaum yang termasuk orang-orang ahli kitab dari sisa-sisa orang Majusi.
Ibnu Abbas dalam suatu riwayat mengatakan: “Mereka adalah sekelompok manusia dari bani Isra’il. Mereka menggali parit yang luas di suatu tempat kemudian menyalakan api, orang-orang berdiri dihadapkan kepada parit, baik laki-laki maupun wanita, kemudian mereka dilemparkan ke dalamnya. Mereka menganggap bahwa dia adalah Daniel dan para sahabatnya.”
Dan dalam riwayat: “Hal itu adalah sebuah lubang parit di negeri Najran, di mana mereka menyiksa manusia di dalamnya.”
Sedangkan dalam riwayat Adl-Dlohak, beliau mengatakan: “Para ahli tafsir menyangka bahhwa Ashhabul Ukhdud adalah orang-orang dari bani Israil, di mana mereka meringkus manusia baik laki-laki maupun wanita, lalu dibuatkanlah parit dan dinyalakan api dalam parit tersebut, lalu dihadapkanlah seluruh kaum mu’minin ke arah parit tersebut, seraya dikatakan: ‘Kalian (memilih) kufur atau dilemparkan ke dalam api?” (Tafsir Ath-Thabari, 30/162)
Kisah tragis ini pun kerap disampaikan oleh para pengajar kepada para muridnya. Bahkan pada kisah anak-anak pun sering disajikan. Kisah tersebut ialah sebagai berikut:
Dahulu ada seorang raja, dari orang-orang sebelum kalian. Dia memiliki seorang tukang sihir. Tatkala tukang sihir itu sudah tua, berkatalah ia kepada rajanya: “Sesungguhnya aku telah tua. Utuslah kepadaku seorang anak yang akan aku ajari sihir.” Maka sang raja pun mengutus seorang anak untuk diajari sihir. Setiap kali anak tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah perjalanan ia selalu melewati seorang tabib, ia pun duduk mendengarkan pembicaraan rahib tersebut, sehingga ia kagum kepadanya. Maka setiap kali ia datang ke tukang sihir, ia selalu duduk dan mendengarkan petuah rahib itu, kemudian baru ia datang ke tukang sihir sehingga tukang sihir itu memukulnya (karena ia datang terlambat, red.). ia mengadukan hal itu kepada rahib tadi, sang rahib pun berpesan: “Kalau engkau takut kepada tukang sihir, katakanlah bahwa keluargamu telah menghalangimu (sehingga engkau terlambat), dan bila engkau takut kepada keluargamu, katakan juga bahwa tukang sihir itu telah mencegahmu. Maka tatkala berlangsung demikain, tiba-tiba ada seekor binatang buas mengonggok di tengah jalan sehingga menghalangi lalu-lalangnya manusia. Menghadapi peristiwa ini maka ia pun bergumam: “Pada hari ini akan aku buktikan apakah tukang sihir itu lebih utama dari pada rahib, ataukah sebaliknya.”
Ia pun mengambil sebuah batu kemudian mengatakan: “Ya Allah, apabila perkara rahib lebih engkau sukai daripada tukang sihir, maka bunuhlah binatang buas itu.” Kemudian ia lemparkan batu tersebut, sehingga matilah binatang buas tadi dan manusia pun bisa lewat kembali. Sesudah itu datang lah ia kepada rahib dan mengabarkan kejadian yang baru saja ia alami, kemudian sang rahib mengatakan:
“Wahai anakku, hari ini engkau lebih baik daripada aku, dan engkau telah sampai pada perkara yang aku sangka. (ketahuilah) sesungguhnya engkau akan diuji, dan bila engkau diuji, janganlah engkau tunjukkan tentang diriku.”
Dan kini ia dapat menyembuhkan penyakit buta, penyakit kusta, serta dapat mengobati manusia dari berbagai macam penyakit.
Hal ini terdengar oleh seorang teman duduk raja, sedangkan dia adalah seorang yang buta, kemudian ia membawa harta yang banyak seraya mengatakan: “Aku akan berikan harta ini kepadamu bila engkau bersedia menyembuhkan penyakitku.” Maka sang anak menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah bisa menyembuhkan siapapu, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah. Kalau engkau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada-Nya untuk kesembuhanmu.” Maka ia pun beriman kepada Allah dan Allah pun menyembuhkan penyakitnya. Kemudian datanglah dia menemui sang raja dan duduk sebagaimana biasanya, sang raja pun heran seraya mengatakan: “Siapakah yang telah mengembalikan pandanganmu?” maka ia menjawab: “Rabb-ku.”  Sang raja melanjutkan: “Apakah engkau memiliki tuhan selain aku?!!” Jawabnya, “Ya, Dia adalah Rabb-ku dan Rabb-mu juga.” Maka sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia menunjukkan kepada anak tersebut. Didatangkanlah si anak itu, kemudian sang raja berujar: “Wahai anakku, sekarang engkau telah memiliki kepandaian sihir, sehingga bisa menyembuhkan orang yang buta dan juga bisa menyembuhkan penyakit kusta dan lain sebagainya.” Sang anak balik menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, dan hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan.”
Akhirnya sang raja pun menyiksanya dan terus menyiksanya sampai ia menunjukkan kepada rahib. Maka didatangkanlah si rahib, kemudian dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun enggan. Maka sang raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya, dan dibelahlah tubuhnya sampai terbelah menjadi dua bagian. Kemudian didatangkan pula teman duduk sang raja tersebut, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Demikian pula, ia pun enggan, kemudian ditaruh gergaji itu di atas kepalanya, lantas dibelahlah tubuhnya hingga terbelah.
Selanjutnya didatangkanlah sang anak, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!!” Ia pun menolak. Kemudian ia dilemparkan kepada sekelompok prajurit raja, dan dikatakan: “Pergilah kalian ke gunung ini dan gunung ini, mendakilah sampai di puncak gunung, apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkan dia, dan kalau tidak, maka lemparkan ia ke dasar jurang.”
Maka mereka pun pergi, kemudian naik, dan tatkala berada di atas gunung sang anak berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.” Tiba-tiba bergetarlah gunung tersebut dan semua prajurit raja jatuh berguguran ke bawah jurang, kemudian kembalilah sang anak menemui sang raja. Ia heran dan mengatakan: ‘Apa yang terjadi pada para sahabatmu?” Sang anak menjawab: “Sesungguhnya Alalh telah menjagaku dari makar mereka.” Maka kembali sang raja melemparkannya ke sekelompok prajuritnya yang lain, kalai ini perintah sang raja: “Pergilah kalian dan bawalah anak ini ke sebuah perahu, apabila kalain telah ke tengah laut, maka apabila ia mau berhenti dari agamanya selamatkanlah ia, kalau ia tetap enggan, lemparkanlah ia ke tengah lautan!”
Maka mereka pun pergi, setelah sampai di tengah laut, sang anak pun berdoa: “Ya Allah! Jagalah diriku dari tipudaya mereka sekehendak-Mu.” Maka perahu itu pun terbalik, namun Allah tetap menyelematkannya dan tenggelamlah seluruh prajurit raja. Kembalilah sang anak datang menemui sang raja, ia pun terkejut seraya mengatakan: “Apa yang terjadi pada para sahabatmu?” Sang anak menjawab, “Allah telah menjagaku dari makar mereka.” Kemudian ia berkata kepada sang raja, “Sesungguhnya engkau tidak akan pernah bisa membunuhku, kecuali bila engkau mau menuruti permintaanku.” Sang raja menjawab, “Apakah itu? Sang anak melanjutkan, “Kumpulkanlah seluruh manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di sebuah pohon kurma, kemudian ambillah satu anak panah dari tempat anak panahku, letakkan anak panah itu di busurnya, kemudian katakanlah “Bismilah Rabbil ghulam (dengan nama Allah Rabb-nya anak ini).’ Kemudian lepaskanlah anak panah tersebut. Dengan begitu engkau bisa membunuhku.”
Maka sang raja pun mengumpulkan manusia pada suatu padang yang luas. Dia menyalib anak tersebut pada sebuah batang kurma, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat anak panahnya dan diletakkan di sebuah busur, kemudian mengatakan: “Bismillah Rabbin ghulam (Dengan menyebut nama Allah, Rabb anak ini).” Kemudian panah itu dilepaskan, maka anak panah itu melesat tepat mengenai pelipis sang anak, setelah itu Ia meletakkan tangannya di pelipisnya kemudian meninggal.

Maka manusia seluruhnya mengucapkan, “Aamanna bi Rabbil ghulam (Kami beriman kepada Allah Rabb-nya anak tersebut).” Maka dikatakan kepada sang raja: “(Wahai sang raja!) Tahukah engkau, perkara yang selama ini kau khawatirkan telah terjadi. Sungguh manusia seluruhnya telah beriman.” Maka sang raja memerintahkan untuk membuat sebuah parit di dekat pintu-pintu jalan dan membuat lubang panjang. Lalu dinyalakanlah api kemudian ia berorasi: “Barangsiapa yang tidak mau kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam parit tersebut.” Atau sehingga dikatakan, “Lemparkanlah!!” maka mereka pun melemparkan seluruhnya. Sampai datang seorang wanita bersama bayinya, ia seorang wanita bersama bayinya, ia berputus asa, berdiri lemas tanpa daya menghadap jurang parit yang tengah berkobar api, tiba-tiba sang bayi berucap, “Wahai ibuku.. bersabarlah, sesungguhnya engkau dalam kebenaran…!”

(Hadits shahih riwayat Imam Muslim dalam kitab Az-Zuhd bab “Qishashotu Ash-habil Ukhdud was Sahir war Rahib wal Ghulam: 3005)
Mutiara faidah dari kisah pemuda dan tukang sihir (Ashhabul Ukhdud)

1.      Ahlul fasad (para pengusung kesesatan) selalu berusaha untuk menularkan dan mewariskan kesesatan mereka, dengan berupaya sekuat tenaga untuk melanggengkan kesesatannya tersebut.
2.      Disenanginya belajar di kala kecil, karena belajar di kala kecil seperti mengukir di atas batu, dan seorang anak akan mampu menerima didikan dan pengajaran sesuai dengan yang diharapkan.
3.      Hati-hati para hamba adalah berada di Tangan Allah, maka Allah akan memberi petunjuk atau menyesatkan siapapun yang dikehendaki-Nya. Lihatlah si anak tersebut, ia mendapatkan petunjuk sekalipun berada dalam didikan tukan sihir dan dalam asuhan seorang raja sesat.
4.      Menetapkan adanya karomah para wali, mereka adalah orang-orang yang berimand an bertakwa kepada Allah, seperti dalam firman-Nya: “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS. Yunus: 62-63)
5.      Bolehnya bagi seseorang untuk mengorbankan dirinya apabila di sana ada kemaslahatan manusia secara umum. Berkata Syaikhul Islam, “Karena hal itu termasuk jihad di jalan Allah, dengan itu umat akan beriman dan ia pun tidak akan sia-sia, karena cepat atau lambat ia pun pasti akan meninggal dunia” Adapun yang dilakukan oleh sebagian manusia dengan praktek bom bunuh diri, yaitu dengan membawa alat peledak (bom) kemudian meledakkannya di sekelompok orang-orang kafir, maka ini termasuk kategori membunuh diri sendiri, dan barangsiapa yang membunuh diri sendiri maka ia kekal di dalam neraka selama-lamanya. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits: “Barangsiapa membunuh dirinya dengan sebatang besi, maka besi itu berada di tangannya, lantas ia akan menusuk perutnya dengannya di neraka jahannam, dia kekal selama-lamanya di dalamnya.” (HR. Bukhari 5778, Muslim: 109). Karena perilakus emacam itu tidak membawa maslhat bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Dengan itu, ia mungkin hanya membunuh 10, 100, atau 200 kaum kuffar, yang hal tersebut tidak membawa manfaat bagi Islam dan tidak pula menjadikan manusia masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah ghulam (anak) tersebut. (Lihat Bahjatun Nadhirin karya Syaikh Salim bin Id Al-Hilali 1/86-88, Syarh Riyadlush Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin: 156-166).

Wallahul Muwaffiq.